Senin, 17 Oktober 2016

PELATIHAN PENYABLONAN BAGI PEMUDA DESA KARETAN




Dalam mewujudkan kemandirian dan keterampilan pemuda-pemudi di Desa Karetan, Pemerintah Desa Karetan memprogramkan kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi pemuda Desa karetan berupa pelatihan penyablonan. Hal tersebut sangat didukung oleh Kepala Desa Karetan, Gimo Purwoko dibuktikan dengan masuknya kegiatan tersebut dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) Tahun Anggaran 2016. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Balai Desa Karetan yang diikuti oleh 15 pemuda di Desa Karetan pada hari kamis kemarin (13/10).

 


Pelatihan diawali pada pagi hari dimulai dengan pemberian  materi pengenalan alat-alat dan bahan  penyablonan. Pelatihan dilakukan langsung oleh Umar Effendi sebagai narasumber yang sebelumnya kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kepala Desa Karetan.
Setelah pemberian materi selesai, narasumber meminta para peserta membuat kelompok kerja agar lebih efektif. Berikutnya para peserta melakukan praktik langsung proses penyablonan. Para peserta melihat contoh yang dilakukan oleh narasumber dan selanjutnya per kelompok kerja diminta untuk melakukannya sendiri hingga bisa.


Rabu, 03 Agustus 2016

SITUS WATU TUMPANG DESA KARETAN


DESA KARETAN – untuk mencari situs Selo Tumpang atau Watu Tumpang tidak terlalu sulit. Dari kantor Kecamatan Purwoharjo hanya butuh waktu sekitar 10 menit perjalanan dengan motor atau mobil. Setiba di simpang empat Karetan belok ke timur atau ke arah Kecamatan Tegaldlimo.
Sekitar 300 meter dari jalan raya simpang  empat Karetan ada jalan tanah di tengah hutan ke arah kanan. Hutan itu masuk kawasan Petak 69, RPH Karetan, BPKH Karetan, KPH Banyuwangi Selatan, wilayah Dusun Sidodadi, Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo.
Jalan tanah di tengah hutan itu cukup lebar, yakni sekitar tiga meter. Bila sudah masuk sekitar 50 meter dari jalan raya, akan terlihat bangunan mirip pesarean. Bangunan itu dikelilingi pagar setinggi dua meter dan dilengkapi  pintu gerbang.
Dari arah pintu masuk, di sisi kanan ada bangunan lapang yang mirip sebuah musala. Di bangunan  yang berlantai keramik itu ada tikar dan karpet. Di tempat itu biasa digunakan istirahat oleh para pengunjung yang bermalam untuk melakukan ritual Pada sisi kiri pintu masuk itu ada sebuah pondokan yang dilengkapi meja panjang dan kursi kayu dengan  panjang dua meter. Tempat itu disediakan bagi para pengunjung yang bersantai dan duduk-duduk
“Juru kuncinya sedang sakit, jadi tidak ada orang yang menunggu di tempat ini,” ujar Kepala Dusun Sidoagung, Judiriyanto, 54. Bila dari pintu gerbang pertama itu lurus, ada pintu masuk kedua dan itu langsung ke lokasi situs. Untuk sampai lokasi situs harus melewati tiga buah  anak tangga.
Bangunan utama dengan luas 144  meter persegi itu tampak terawat. Di tengah-tengah bangunan itulah ada batu berukuran cukup besar dengan posisi menumpang atau  menindih batu lain. Batu yang berada di bawah berukuran lebih besar atau lebar ketimbang batu di atasnya.

Berdasar cerita yang berkembang di masyarakat, sejarah batu tumpang itu bermula pada tahun 1922 Masehi ada pasangan suami istri (pasutri) Tropawirorejo dan Raden Ayu Ruminah atau Mbah Kusumorejo membuka hutan.
Ketika membuka hutan, pasutri itu memberi batas atau tanda hutan yang telah dibabat menggunakan dua batu kecil yang ditumpuk. Batu yang dijadikan batas dengan cara ditumpangkan itu tiba-tiba berubah menjadi besar. Sejak itulah warga menyebut Watu Tumpang atau Selo Tumpang itu  dengan sebutan Mbah Widjojokusumo.
“Juru kunci yang pertama kali adalah almarhum Mbah Bugiman,” terang Judiriyanto. Perkembangannya, Watu Tumpang itu oleh masyarakat sekitar dikeramatkan dan sering dijadikan tempat bersemadi, terutama setiap malam Jumat Kliwon dan Jumat Legi.
“Kalau bulan Suro (dalam kalender Jawa) lebih ramai lagi,” jelasnya. Para pengunjung yang datang untuk melakukan ritual banyak berasal dari berbagai daerah di Nusantara, seperti Aceh, Jakarta, Demak, Kudus, Semarang, Jogjakarta, Cirebon, Surabaya, Bali, dan berbagai kota lain di Indonesia.
“Biasanya itu sebelum ke Alas Purwo mampir dulu ke Watu Tumpang,” katanya. Saat ada pemilihan presiden (pilpres), pemilihan gubernur (pilgub), pemilihan bupati (pilbup), calon anggota legislatif (caleg), dan pemilihan kepala desa  (pilkades), situs Watu Tumpang jadi jujugan orang untuk melakukan ritual.
“Dulu sering ada jenderal  yang datang ke sini, cuma datangnya diam-diam,” jelasnya. 

Situs Watu Tumpang itu oleh sebagian masyarakat masih disakralkan. Jika warga memiliki hajat, seperti khitanan dan menikahkan, mereka menggelar selamatan dengan membawa nasi tumpeng di tempat tersebut.

Situs Watu Tumpang dulu hanya sebuah batu biasa di atas permukaan tanah. Pada tahun 1988 batu tersebut pernah dibongkar paksa menggunakan  peledak (dinamit) dan hancur menjadi beberapa bagian. Tetapi, tidak berselang lama batu itu berkumpul kembali dalam bentuk seperti semula.
Karena banyak warga yang datang dari luar daerah, pada tahun 2002 oleh salah satu tokoh agama setempat, Marjono, Watu Tumpang dipugar dan dibuatkan bangunan dan pagar. “Hingga kini masih terawat baik. Ada saja warga yang berkunjung,” pungkasnya. (Jawa Pos - Radar Genteng)

Minggu, 24 Juli 2016

KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA STUDI BANDING KE DESA KARETAN



DESA KARETAN - Pemerintah Desa Karetan kecamatan Purwoharjo menerima kunjungan studi banding dari kabupaten Nabire provinsi Papua pada Jum’at (22/7) kemarin. Bertempat di balai desa Karetan kecamatan Purwoharjo sebanyak 30 orang dari unsur pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan pendamping desa kabupaten Nabire disambut  oleh Camat Purwoharjo, Kepala Desa Karetan beserta Perangkat Desa.

 
Kepala Desa Karetan menyampaikan selamat datang dan sangat bersyukur atas kunjungan yang tujuannya saling berbagi pengetahuan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dan pengelolaan dana desa kepada para tamu dari Pemerintah Kabupaten Nabire.

Koordinator tim studi banding dari Pemerintah Nabire mengatakan sangat bersyukur atas segala ramah tamah dari kabupaten Banyuwangi yang telah menerima kunjungan dari Pemerintah Kabupaten Nabire dan tujuan kunjungannya beserta rombongan yaitu Studi Banding terkait penyelenggaraan pemerintahan desa dan pengelolaan dana desa.


Rabu, 13 Juli 2016

HALALBIHALAL DESA KARETAN 1437 H




DESA KARETAN - Bertempat di Balai Desa Karetan, Kamis (14/7) dilaksanakan silaturahmi halalbihalal antara Kepala Desa dan Perangkat Desa Karetan dengan Ketua dan Anggota BPD, Ketua dan Anggota LPMD, Ketua RT dan Ketua RW, Anggota Linmas, Kader PKK dan Posyandu Desa Karetan, turut hadir pula Bhabinkamtibmas Desa Karetan dan Kepala Desa se wilayah Kecamatan Purwoharjo.

Kepala Desa Karetan Gimo Purwoko dalam sambutannya menyampaikan, beliau dan seluruh jajaran perangkat Desa Karetan memohonan maaf lahir dan batin karena pasti selama satu tahun ini ada perbuatan salah baik lisan maupun perbuatan. Dalam kesempatan ini pula Kepala Desa Karetan juga meminta agar semua pihak turut aktif dan mengawasi terhadap segala pembangunan-pembangunan yang dilaksanakan di Desa Karetan. Karena yang menentukan berhasil dan tidaknya suatu pembangunan desa adalah dukungan dari semua pihak dan semua lapisan masyarakat. Acara halal bilhalal ini diakhiri dengan doa serta makan siang bersama.

Rabu, 15 Juni 2016

KEGIATAN SAFARI RAMADHAN DESA KARETAN


Desa Karetan - Dalam rangka menjalin silaturahmi dan mensosialisasikan program-program Pemerintah Desa Karetan di tengah-tengah masyarakat, Kepala Desa Karetan beserta Perangkat Desa, BPD, LPMD serta Bhabinkamtibmas Desa Karetan Kecamatan Purwoharjo melakukan kegiatan Safari Ramadhan di beberapa mushola di wilayah Desa Karetan.  Kegiatan ini diawalai pada hari Senin malam tanggal 13 Juni 2016 bertempat di Mushola Ikhsanudin, tanggal 14 Juni 2016 di Mushola Al Amin, dan pada tanggal 15 Juni 2016 berada di Mushola Baitul Amin. 
Kegiatan Safari Ramadhan ini dikemas dalam bentuk shalat tarawih berjamaah dilanjutkan dengan sosialisasi program-program pemerintah oleh Kepala Desa dan dilanjutkan dengan santunan kepada anak yatim piatu dan anak kaum dhuafa yang berada di wilayah Desa Karetan. Disela-sela kegiatan ini juga diisi dengan sosialisasi tentang kejahatan seksual, cara menghindari dan pencegahannya oleh Bhabinkamtibmas Desa Karetan.




Minggu, 05 Juni 2016

SAMBUT RAMDHAN WARGA DESA KARETAN LAKUKAN TRADISI GUGUR GUNUNG


Desa Karetan - Minggu pagi (05/06/2016) puluhan warga Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi berduyun-duyun sambil membawa peralatan kebersihan menuju TPU (Tempat Pemakanan Umum) Desa Karetan untuk menjalankan tradisi Gugur Gunung menjelang Ramadhan

Acara yang dilaksanakan rutin tiap tahun itu ditandai dengan membersihkan jalan menuju makam secara masal,  dimulai pukul 06.00 WIB, tiap warga berangkat dari rumah membawa alat masing-masing seperti cangkul, golok, sabit dan lainnya menuju ke area makam Desa Karetan. Pagi itu warga bersemangat membersihkan tepi jalan menuju makam dari semak belukar yang menggangu.

Kepala Desa Karetan, Gimo Purwoko mengatakan, kegiatan tersebut merupakan tradisi yang dilaksanakan tiap tahun menjelang Ramadhan. ''Kegiatan Gugur Gunung seperti ini merupakan hal yang positif, karena sebentar lagi Ramadhan dan lebaran banyak warga masyarakat yang kebetulan diluar kota pasti akan pulang kampung untuk mengunjungi makam saudara atau orang tua yang sudah meninggal, kalau keadaan sekitar makam bersih tentu akan merasa nyaman dan kalau berdo’a akan semakin tenang,'' katanya.

Kegiatan yang sifatnya sederhana ini jelas memiliki nilai-nilai positif yang bisa dijadikan pelajaran. Gugur gunung mengajarkan kita bahwa kebersamaan dan kekeluargaan adalah hal penting yang harus selalu dijaga. Ibaratnya, pekerjaan sebesar gunung sekalipun bisa diselesaikan atau gugur jika kita mau bekerja bersama-sama.
Gugur gunung mengajarkan kita untuk mengerti makna ikhlas. Pasalnya, mereka yang mengikuti kegiatan ini jelas tak mengharapkan imbalan. Kemauan semata-mata hanya didasari rasa ikhlas dan kepedulian. Kita pun akan tersadar bahwa uang tak selamanya jadi yang utama.


Rabu, 01 Juni 2016

DESA KARETAN KECAMATAN PURWOHARJO SEBAGAI JUARA I EVALUASI KEGIATAN KSI 2016 TINGKAT KABUPATEN BANYUWANGI


Desa Karetan – Pada peluncuran Smart Kampung Banyuwangi yang juga dibarengi dengan Hari Kesatuan Gerak PKK ke 44 dan Bulan Bhkati Gotong Royong Masyarakat ke XIII, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengajak para ibu yang menjadi kader PKK untuk menjadi filter pertama untuk menangkis dampak negatif internet.
Rudiantara mengatakan, penggunaan internet tak ubahnya pisau yang bermata dua. Internet memiliki manfaat baik apabila digunakan untuk mengakses beragam sajian informasi dengan konten positif. Namun internet pun bisa jadi bencana jika pemanfatannya digunakan untuk mengakses informasi yang berkonten negatif. Apalagi penggunaan internet juga semakin mudah dan bisa diakses dimana saja.
“Disinilah peran seorang ibu untuk mengawasi dan memberikan input apa yang boleh dan tidak untuk diakses oleh putra putrinya. Apalagi kekerasan seksual yang marak belakangan ini awalnya dari mengakses konten negatif di internet,” kata Rudiantara kepada ratusan kader PKK Banyuwangi di lapangan Kalibendo, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah pada Selasa (31/5).
Untuk bisa mengawasi, kata Rudiantara mau tidak mau ibu juga harus melek internet. Karena dengan arahan yang tepat internet bisa menjadi media untuk menggali dan mengekspresikan potensi anak. “Jadi ibu-ibu juga harus mau peduli dan mengerti internet,” cetusnya.
Penguatan peran ibu terhadap efek negatif internet yang dilontarkan menkominfo disambut positif oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Ia pun mengajak para penggerak PKK di Banyuwangi melek intenet sehingga bisa mendampingi anak-anaknya dalam mengakses internet. “Internet saat ini sebuah keniscayaan yang mau tidak mau ibu-ibu PKK harus bisa memahami. Sehingga bisa menemani anaknya mengakses intenet,” sambut istri Bupati Abdullah Azwar Anas tersebut.

Pada kesempatan itu pula dilakukan penyerahan berbagai piagam dan penghargaan oleh Bupati Banyuwangi dan Menkominfo kepada para juara lomba dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Desa Karetan yang diwakili oleh ketua Tim Penggerak PKK Desa Karetan Siti Asiyah menerima piagam sebagai Juara I evaluasi kegiatan Kecamatan Sayang Ibu (KSI) tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Banyuwangi.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sendiri juga melakukan berbagai langkah untuk mengantasipasi penggunaan internet untuk hal-hal negatif. Selain menerapkan intenet positif guna menyaring konten-konten negatif, Pemda Banyuwangi juga membuka layanan-layanan WiFi diberbagai ruang publik agar terjadi pengawasan bersama. “Kalau di warnet (warung internet) biasanya tertutup, jadi bisa mengakses berbagai hal termasuk yang negatif. Tapi kalau mengaksesnya di kantor desa maka tidak bisa macam-macam karena banyak orang,” tegas Bupati Abdullah Azwar Anas pada suatu kesempatan.