Selasa, 15 Maret 2016

PELAKSANAAN POS PIN POLIO DI DESA KARETAN


DESA KARETAN – Pemberian imunisasi polio pada kegiatan PIN tahun 2016 di Desa Karetan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016, berjalan lancar. Imunisasi polio tetes ini merupakan upaya pemerintah menuju Indonesia bebas polio. Meski jumlah kasus polio di Indonesia menurun, namun demi memberi perlindungan optimal dan merata pada generasi penerus bangsa, pemerintah telah dan sedang menggelar imunisasi tambahan atau Pekan Imunisasi Nasional (PIN) pada 8-15 Maret 2016 di seluruh wilayah Indonesia.
Camat Purwoharjo, Drs. Zen Kostolani,M.Si yang turut hadir dalam Pekan Imunisasi Nasional di Desa Karetan menghimbau masyarakat Desa Karetan agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan PIN kali ini. “Kami berharap agar masyarakat ikut berpatisipasi aktif mengikuti PIN demi buah hati kita dan masa depan bangsa, mari bersama sama kita gencarkan kampanye kesadaran melakukan imunisasi polio selama sepekan kedepan,“ jelasnya.
Kepala Desa Karetan, Gimo Purwoko menambahkan, PIN polio ini sangat penting di lakukan sebagai upaya mitigasi dalam memberikan perlindungan optimal kepada anak anak dari penyakit polio. “Kami berharap kegiatan PIN kali ini dapat memberikan manfaat nyata bagi semua warga khususnya di Desa Karetan Kecamatan Purwoharjo untuk mempertahankan status bebas polio.” imbuhnya.
PIN Polio adalah Upaya yang dilaksanakaan secara serentak secara Nasional untuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio importasi dengan cara memberikan vaksin polio kepada setiap balita (0-59 bulan) termasuk bayi baru lahir tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.

Vaksin  polio diberikan dengan cara diteteskan melalui mulut sebanyak 2 tetes. Vaksin yang dipakai untuk imunisasi selama ini adalah buatan dalam negeri yakni produksi Biofarma di Bandung. Vaksin polio sangat aman bagi tubuh anak karena tidak ada efek samping.

Senin, 07 Maret 2016

PENANAMAN TREMBESI DI LINGKUNGAN BALAI DESA KARETAN



Desa Karetan -  Pada hari Jumat 04 Maret 2016 Kepala Desa Karetan, Gimo Purwoko bersama Perangkat Desa, menanam bibit Trembesi di lingkungan Kantor Kepala Desa Karetan. Maksud dan tujuan penanaman bibit Trembesi (Albizia saman sinonim Samanea saman) adalah merupakan salah satu SEDEKAH OKSIGEN, dimana mempunyai manfaat pada lingkungan sebagai peneduh dan dapat menyerap gas karbon dioksida sehingga mencegah pemanasan global.

Perlu kita ketahui bersama bahwa Pohon Trembesi merupakan suatu terobosan mengatasi pemanasan global karena memiliki daya serap gas CO2 yang sangat tinggi. Satu batang pohon Trembesi mampu menyerap 28,5 ton gas CO2 setiap tahunnya (diameter tajuk 15m). Selain itu Pohon Trembesi juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif, tanaman penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.

Pohon Trembesi atau dikenal dengan Pohon Hujan atau Ki Hujan adalah pohon berkanopi seperti payung yang memiliki ukuran daun yang tak lebih dari koin Rp. 100, namun paling unggul dalam menyerap gas CO2.

Rabu, 02 Maret 2016

PELATIHAN MEMANDIKAN JENAZAH DENGAN STANDAR PERLENGKAPAN KESEHATAN DI DESA KARETAN





DESA KARETAN, Mengurus khususnya memandikan jenazah merupakan suatu kewajiban dan perlu untuk diketahui dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pada hari ini Kamis 03 Maret 2016 bertempat di Balai Desa Karetan diadakan kegiatan pelatihan memandikan jenazah menggunakan standar perlengkapan kesehatan.

Cara memandikan jenazah pengidap penyakit menular seperti HIV/AIDS tidak bisa sembarangan. Salah satunya, wajib mengenakan universal precaution (UP), yakni standar perlengkapan kesehatan yang terdiri atas penutup kepala, masker, goggle (penutup hidung), sarung tangan, pakaian steril, dan sepatu bot.
Kepada peserta pelatihan yang terdiri dari modin dan PKK Desa Karetan, petugas dari Puskesmas Grajagan Eka Purna Stiawan mengingatkan, bahwa meski cara memandikannya tetap sama, namun terhadap jenazah penderita penyakit menular tidak boleh dipangku seperti ketika memandikan jenazah seperti pada umumnya. Kita wajib gunakan UP, “Memang terlihat ribet dan aneh. Namun, UP harus digunakan sebagai upaya mencegah pelaku yang memandikan jenazah dari penularan penyakit menular (HIV/AIDS),” tegas Eka Purna Stiawan yang mengajari cara memandikan jenazah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

Disebutkan, ada beberapa hal lain yang juga harus diperhatikan, yakni seperti pastikan air bekas memandikan jenazah bisa langsung mengalir ke got atau saluran pembuangan, dan jangan sampai tergenang. Sebab, genangan tersebut memungkinkan terjadinya penularan virus lain selain HIV/AIDS. “Air yang dipakai harus clorin supaya virus yang berpotesi menularkan bibit penyakit bisa mati,” jelasnya.

Kepala Desa Karetan Gimo Purwoko mengatakan, “Dengan adanya pelatihan diharapkan tidak ada lagi perbedaan persepsi tentang memandikan jenazah, semoga pelatihan ini memberikan manfaat dan meningkatkan pengetahuan warga tentang tata cara memandikan jenazah menggunakan standart perlengkapan kesehatan,” ucapnya.

Sementara itu, Camat Purwoharjo Drs. Zen Kostolani,M.Si menambahkan, “Dengan pelatihan ini diharapkan adanya regenerasi masyarakat yang lebih dalam mengetahui dan mempelajari tata cara memandikan jenazah, dan kami berharap kepada petugas yang memandikan jenazah dapat memahami betul tata cara pemandian Jenazah agar dapat mengaplikasikannya dimasyarakat sehingga pelatihan ini sangat penting dilaksanakan”. tambahnya.